makalah kardiovaskuler "gagal jantung"




Asuhan Keperawatan dengan Gagal Jantung

Ira Safira (16025)



AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA
TAHUN 2016/2017












KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr wb


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan dengan Tumor Telinga” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Kami menghaturkan rasa terima kasih kepada para pihak yang telah membantu guna terselesaikannya makalah ini tanpa bermaksud melupakan kepada seluruh pihak yang telah berjasa mamemberikan bantuannya, kami ucapkan terimakasih kepada :
1.      Ibu Rusmawati Sitorus, SPd, Skep, MA Selaku Direktur Akademi Keperawatan Harum Jakarta serta segenap jajarannya yang telah memberikan kemudahan-kemudahan baik berupa moral maupun materi selama mengikuti pendidikan di Akademi Keperawatan Harum.
2.      Ibu Ns. Ari Susiani, MKep Selaku dosen mata ajar KMB 1 Kardiovaskuler
3.      Kedua Orangtua kami yang telah membantu moril maupun mater, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
4.      Rekan-rekan Mahasiswa yang telah membantu pada kami dalam rangka penyusunan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharapa kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Wassalamualaikum wr wb
Jakarta, November 2017



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................    i
DAFTAR ISI.................................................................................................    ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................    1
1.3  Rumusan Masalah........................................................................    2
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................    3
1.4 Sistematika Penulisan..................................................................    3

BAB II TINJAUAN TEORITIS                                                                                          
2.1  Anatomi fisiologi.........................................................................    5
2.2  Pengertian Gagal Jantung............................................................ 19
2.3  Patofisiologi.................................................................................    21
2.4  Pemeriksaan diagnostik ..............................................................    27

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1  Konsep Asuhan Keperawatan.....................................................    28

BAB IV PENUTUP
4.1  Kesimpulan .................................................................................    39
4.2  Saran ...........................................................................................    39

DAFTAR PUSTAKA






BAB I
PENDAHULUAN
                                                            
  1. Latar belakang
Gagal jantung adalah sindrom klinis kompleks yang disebabkan oleh adanya gangguan baik fungsional maupun struktural jantung sehingga mengurangi kemampuan ventrikel untuk menerima dan memompa darah (Hunt, 2009). Penyakit jantung dan stroke selalu masuk daftar sepuluh penyebab kematian tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir. Gagal jantung termasuk salah satu dari penyakit kardiovaskuler yang menempati urutan tertinggi penyebab kematian di rumah sakit. Selain itu, jumlah kematian akibat penyakit kardiovaskuler semakin meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan meningkatnya jumlah penderita penyakit kardiovaksuler tersebut (Anonim, 2012a ).
Gagal jantung merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terus berkembang. Sekitar 5 juta pasien di Amerika menderita gagal jantung dengan penambahan 550.000 kejadian per tahun (Hunt, 2009). Prevalensi gagal jantung meningkat dan diperkirakan akan terus meningkat hingga beberapa dekade ke depan dengan meningkatnya usia (Parker, 2008).
Terapi gagal jantung bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup, mengurangi gejala, mencegah dan meminimalkan hospitalisasi, memperlambat prognosis penyakit, serta memperpanjang kelangsungan hidup. Terapi antara satu pasien dengan pasien lain mungkin akan berbeda sesuai dengan kondisi pasien dan penyakit penyerta lainnya. Kebutuhan pasien akan terapi obat meliputi 2 ketepatan indikasi, keefektifan, keamanan, dan kesesuaian. Apabila kebutuhan akan pengobatan atau drug related needs tersebut tidak tercapai, maka hal tersebut didefinisikan sebagai drug related problems (DRPs). DRPs merupakan kejadian atau pengalaman tidak menyenangkan yang dialami pasien yang melibatkan atau diduga berkaitan dengan terapi obat dan secara aktual maupun potensial mempengaruhi outcome terapi pasien (Cipolle, 1998).
Pada tahun 2011, kasus gagal jantung menduduki urutan keempat daftar 10 besar penyakit penyebab kematian di rumah sakit di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta setelah septisemia, infark serebral, dan stroke tak menyebut pendarahan atau infark (Anonim, 2012a ). Hasil penelitian DRPs pada pasien gagal jantung di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada periode Juni 2007 hingga November 2007 menemukan 19 kasus dari 29 pasien yang diteliti dengan 31 kejadian meliputi indikasi yang tidak diterapi 3 kejadian (9,68%), obat dengan indikasi yang tidak sesuai 3 kejadian (9,68%), obat salah 6 kejadian (19,35%), dosis terlalu rendah tidak ada (0%), reaksi obat yang tidak diinginkan 14 kejadian (45,16%), dosis terlalu tinggi 2 kejadian (6,45%), serta gagal menerima obat 3 kejadian (9,68%) (Rahmawati, 2008). Selain di Yogyakarta, penyakit gagal jantung juga masuk dalam 10 penyakit terbesar rawat inap di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2011 untuk kelompok usia 65 tahun keatas (Anonim, 2012b ). Dengan demikian, identifikasi DRPs juga perlu dilakukan baik secara aktual maupun potensial pada pasien dengan diagnosis Congestive Heart Failure di rumah sakit yang ada di Provinsi Sumatera Selatan, salah satunya adalah Rumah Sakit Umum Pusat Dr. 3 Mohammad Hoesin Palembang. Sehingga nantinya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi farmasis di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang untuk menangani dan mencegah kejadian yang tidak diinginkan tersebut di kemudian hari.

  1. Rumusan Masalah
1.      Pengertian Anatomi Fisiologi jantung
2.      Mekanisme kerja jantung
3.      Pengertian dari gagal jantung
4.      Patofisiologi gagal jantung
5.      Konsep keperawatan pada klien dengan Gagal jantung.

C.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pembuatan makalah mata kuliah Keperawatan Medical Bedah 1 (Kardiovaskuler)kemudian  mempresentasikan hasil diskusi, pada program studi D3-Keperawatan di Akademi Keperawatan Harum Jakarta.
2.      Tujuan Kususadalah :
a)      Untuk mengetahui Anatomi Jantung
b)      Untuk Mengetahui Pengertian Gagal Jantung
c)      Untuk Mengetahui Tanda dan Gejala Gagal Jantung
d)     Untuk mengetahui Etiologi Gagal Jantung
e)      Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Gagal Jantung
f)       Untuk mengetahui Patofisiologi Gagal Jantung
  1. Sistematikan Penulisan
Makalah ini dibuat berdasarkan beberapa sumber dan ditulis dalam empat bab yang secara sistematika dan tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bab yaitu:
Bab I : Pendahuluan, yang meliputi :
Latar belakang, Rumusan Masalah, Tujuan penulisan dan Sistematika penulisan
Bab II : Tinjauan Teori, yang berisi tentang :
Pengertian tentang jantung, Anatomi Fisiologi jantung, Pengertian gagal jantung, Klasifikasi, Etiologi, Patofisiologi, Manistefasi klinis,
Bab III : Asuhan Keperawatan, yang terdiri atas :
Konsep Asuhan Keperawatan pada klien Gagal Jantung
Bab IV : Penutup, yang terdiri atas :
Kesimpulan dan Saran


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

  1. Anatomi Fisiologi Jantung

Anatomi Fisiologi

Sumber : Hedi Sasrawan (Anatomi Fisiologi)
Jantung terletak di titik sebelah kiri antara iga kelima dan keenam, atau di dalam ruang interkostal kelima kiri 4 sentimeter dari garis medial, menunjukkan kedudukan apex jantung, yang merupakan ujung tajam dari ventrikel.
Bentuk jantung seperti kerucut, dengan bagian dasar berada di atas dan meruncing di bagian bawah. Stetoskop dapat ditempatkan di atas bagian yang meruncing tersebut sehingga detak jantung dapat dihitung. Jantung orang dewasa memiliki berat 250 sampai 350 gram. Umumnya jantung berukuran panjang 12 cm, lebar 8 cm, dan ketebalan 6 cm. Atlet terlatih bisa memiliki ukuran jantung yang lebih besar sebagai akibat dari latihannya yang memicu otot jantung berkembang mirip seperti perkembangan otot rangka.
1.      Anatomi Jantung menurut Syaifudin, AMK, yaitu :
a.       Aorta adalah arteri terbesar dalam tubuh.
b.      Vena kava superior (vena cava) adalah vena besar dalam tubuh.
c.       Arteri pulmonalis adalah arteri yang mengangkut darah dari jantung ke paru-paru.
d.      Katup aorta adalah katup yang memisahkan ventrikel kiri dengan aorta.
e.       Atrium adalah bentuk jamak dari atria yang sama artinya dengan serambi yaitu ruangan pertama yang dimasuki darah saat memasuki jantung.
f.       Vena pulmonalis adalah vena yang membawa darah kaya oksigen dari paru-paru ke jantung tepatnya di serambi kiri.
g.      Katup trikuspidalis adalah katup yang terdiri dari tiga daun katup yang berfungsi untuk memisahkan atrium kanan dan ventrikel kanan.
h.      Katup mitral atau bikuspidalis adalah katup yang memisahkan atrium kiri dan ventrikel kiri.
i.        Ventrikel adalah dua ruang kosong di bagian bawah jantung yang juga disebut bilik.
j.        Vena kava inferior adalah vena terbesar dalam tubuh manusia yang membawa darah dari seluruh tubuh ke atrium kanan jantung.
2.      Ruang dalam jantung
Ada 4 ruangan dalam jantung dimana dua dari ruang itu disebut atrium dan lainnya disebut ventrikel. Pada orang awam, atrium dikenal dengan serambi sedangkan ventrikel dikenal dengan bilik. (Anatomi Fisiologi, Syaifudin, AMK)
a)      Atrium
Merupakan ruang jantung bagian atas , ukuran atrium lebih kecil, berfungsi sebagai ruang penerima dan merupakan tempat tujuan aliran darah dari vena.
b)      Ventrikel
Merupakan ruang jantung bagian bawah, digunakan sebagai ruang pemompa (discharging) dan tempat derah di dorong ke arteri.

c)      Septum
Terletak ditengah jantung, memisahkan jantung kiri dan kanan dan berjenis otot.

3.      Lapisan – lapisan jantung, menurut Wajan Juni, 2002 :
a)      Endokardium: Lapisan jantung yang paling dalam, terdiri dari selaput lendir, melapisi permukaan rongga jantung dan berkesinambungan dengan katub jantung dan lapisan endotel pembuluh darah.
b)      Miokardium: Lapisan inti jantung, terdiri dari otot-otot jantung, berperan penting dalam sirkulasi darah.
c)      Perikardium: Lapisan terluar jantung, terdapat cairan yang dihasilkan membran serosa yang berfungsi sebagai pelicin.

4.      Katup-katup jantung, menurut Wajan Juni, 2002 :
Diantara atrium dan ventrikel terdapat sekat yang memisahkan keduanya yang disebut katup. Jantung memiliki 4 katup :
a)      Katup trikuspidalis :
Terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan. Bila katup ini terbuka, maka darah akan mengalir dari atrium kanan menuju ventrikel kanan. Katup ini berfungsi mencegah kembalinya aliran darah menuju atrium kanan dengan cara menutup saat kontraksi ventrikel. Sesuai dengan namanya, katup ini memiliki 3 daun katup.
b)      Katup Bikuspid (Mitral) :
Terletak antara ventrikel kiri dan atrium kiri. Katup ini menutup pada saat kontraksi ventrikel. Katup bikuspid terdiri atas 2 daun katup.


c)      Katup Aorta :
Terletak antara ventrikel kiri dan aorta. Terdiri dari 3 daun katup. Katup ini akan membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi sehingga darah akan mengalir keseluruh tubuh. Sebaliknya, katup ini akan menutup pada saat ventrikel kiri berelaksasi, sehingga mencegah darah masuk kembali dalam ventrikel kiri.
d)     Katup Pulmonal : 
Terletak anta ventrikel kanan dan arteri pulmonalis. Setelah katup trikuspid tertutup, darah akan mengalir dari dalam ventrikel kanan melalui trunkus pulmonalis.

5.      Pembulu darah dalam jantung, menurut Wajan Juni, 2002 :
a)      Arteri Koroner
Karena Jantung adalah terutama terdiri dari jaringan otot jantung yang terus menerus kontrak dan rileks, ia harus memiliki pasokan oksigen yang konstan dan nutrisi. Arteri koroner adalah jaringan pembuluh darah yang membawa oksigen dan darah kaya nutrisi ke jaringan otot jantung.
Darah meninggalkan ventrikel kiri keluar melalui aorta, yang arteri utama tubuh. Dua arteri koroner, disebut sebagai “Kiri” dan “kanan” arteri koroner, muncul dari awalaorta, di dekat bagian atas jantung.
b)      Vena kava superior
Vena kava superior adalah salah satu dari dua pembuluh darah utama yang membawa darah de-oksigen dari tubuh ke jantung. Vena dari kepala dan tubuh bagian atas umpan ke v. kava superior, yang bermuara di atrium kanan jantung.
c)      Vena  Kava Inferior
Vena kava inferior adalah salah satu dari dua pembuluh darah utama yang membawa darah de-oksigen dari tubuh ke jantung. Vena dari kaki dan umpan dada rendah ke v. kava inferior, yang bermuara di atrium kanan jantung.


d)     Vena Pulmonalis
Vena paru adalah pembuluh darah mengangkut oksigen yang kaya dari paru ke atrium kiri. Kesalahpahaman yang umum adalah bahwa semua urat membawa darah de-oksigen. Hal ini lebih tepat untuk mengklasifikasikan sebagai pembuluh vena yang membawa darah ke jantung.
Aorta adalah pembuluh darah tunggal terbesar di tubuh. Ini adalah kira-kira diameter ibu jari Anda. kapal ini membawa darah yang kaya oksigen dari ventrikel kiri ke berbagai bagian tubuh.
f)       Arteri Pulmonalis
Arteri paru adalah pembuluh darah transportasi de-oksigen dari ventrikel kanan ke paru-paru. Kesalahpahaman yang umum adalah bahwa semua arteri membawa darah yang kaya oksigen. Hal ini lebih tepat untuk mengklasifikasikan sebagai pembuluh arteri yang membawa darah dari jantung

6.      Fisiologi Jantung

Fisiologi Jantung
Jantung berfungsi sebagai pemompa darah. Atrium kanan berfungsi untuk menyimpan dan menyalurkan darah ke ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis, atrium kiri menerima darah dari empat vena pulmonalis yang berisi darah yang kaya akan oksigen, ventrikel kiri menerima darah dari atrium kanan kemudian memompa ke arteria pulmonalis melalui katup pulmonal, ventrikel kanan menerima darah dari atrium kiri (kaya O2) kemudian memompa ke aorta melalui katup aorta ke seluruh tubuh. (Anatomi Fisiologi, Syaifudin, AMK)
a)      Sirkulasi Sistemik
Sirkulasi sistemik atau peredaran darah besar / Magna sirkulatoria adalah sirkulasi darah dari jantung (ventrikel kiri) ke seluruh tubuh (kecuali paru-paru) Jantung - Tubuh - Jantung. Darah dari ventrikel kiri dipompakan ke seluruh tubuh melalui aorta, kemudian pembuluh darah Aorta bercabang-cabang menjadi arteri dan arteri bercabang lagii membentuk aeteriol / arteri yang lebih kecil yang tersebar dan bisa mengakses ke seluruh sel tubuh kita.Selanjutnya darah dikembalikan ke jantung bagian kanan tepatnya ke serambi kanan)/ventrikel dexter melalui vena cava baik Vena cava superior (tubuh sebelah atas jantung) maupun Vena cava inferior. Sirkulasi darah antara jantung dan seluruh tubuh berjalan satu arah. Darah dari ventrikel kanan dialirkan ke paru-paru kemudian kembali ke jantung dan diedarkan ke seluruh tubuh dari ventrikel kiri melalui aorta. Aorta akan bercabang-cabang menjadi arteri, arteriola / pembuluh kapiler. Selanjutnya dikembalikan ke jantung melalui venula -vena - vena cava (pembuluh balik).
Sistem sistemik merupakan peredaran darah dari  jantung menuju seluruh jaringan tubuh dan kembali lagi ke jantung. Darah dipompakan dari ventrikel kiri keluar jantung melalui aorta menuju ke 2 cabang aorta yang berukuran pendek, satu cabang mengalirkan darah yang kaya akan oksigen ke bagian kepala dan lengan dan cabang lainnya mengalirkan darah ke berbagai bagian tubuh lainnya. Peredaran darah sistemik bertanggung jawab terhadap berlangsungnya pertukaran gas, nutrien, limbah pada semua bagian tubuh kecuali paru-paru. Kemudian darah yang miskin oksigen dari bagian kepala dan lengan akan kembali masuk jantung melalui vena cava superior dan darah yang berasal dari bagian tubuh lainnya masuk jantung melalui vena cava inferior.


b)      Sirkulasi Pulmonal
Sirkulasi pulmonal atau disebut juga sistem peredaran darah kecil adalah sirkulasi darah antara jantung dan paru-paru. ( Jantung - Paru paru - Jantung lagi)  Detailnya darah dari jantung (ventrikel kanan) dialirkan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis, darah ini banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa metabolisme untuk dibuang melalui alveolus paru-paru ke atmosfer. Selanjutnya darah akan teroksigenasi pada kapiler paru dan kembali ke jantung (atrium kiri) melalui vena pulmonalis.
Dari pemahaman itu maka :
1)      Arteri Pulmonalis adalah satu satunya aretri yang kaya Carbon dioksida
2)      Vena Pulmonalis adalah satu satunya pembuluh darah vena / balik yang kaya akan Oksigen
Peredaran darah pulmonary merupakan peredaran darah dari jantung ke kapiler paru-paru kemudian kembali ke jantung.Darah dari paru-paru mengalir melalui arteri pulmonari dan kembali ke jantung melalui vena pulmonary.

7.      Sistem Pengaturan Jantungmenurut Wajan Juni, 2002 :
Serabut purkinje adalah serabut otot jantung khusus yang mampu menghantar impuls dengan kecepatan lima kali lipat kecepatan hantaran serabut otot jantung. Nodus sinoatrial (nodus S-A) adalah suatu masa jaringan otot jantung khusus yang terletak di dinding posterior atrium kanan tepat di bawah pembukaan vena cava superior.Nodus S-A mengatur frekuensi kontraksi irama, sehingga disebut pemacu jantung.Nodus atrioventrikular (nodus A-V) berfungsi untuk menunda impuls seperatusan detik, sampai ejeksi darah atrium selesai sebelum terjadi kontraksi ventrikular.Berkas A-V berfungsi membawa impuls di sepanjang septuminterventrikular menuju ventrikel.

8.   Aktivitas Kelistrikan Jantungmenurut Wajan Juni, 2002 :
Impuls jantung berasal dari nodus SA, pemacu jantung, yang memiliki kecepatan depolarisasi spontan ke ambang yang tertinggi.Setelah dicetuskan, potensial aksi menyebar ke seluruh atrium kanan dan kiri, sebagian dipermudah oleh jalur penghantar khusus, tetapi sebagian besar melalui penyebaran impuls dari sel ke sel melalui gap junction.Impuls berjalan dari atrium ke dalam ventrikel melalui nodus AV, satu-satunya titik kontak listrik antara kedua bilik tersebut.Potensial aksi berhenti sebentar di nodus AV, untuk memastikan bahwa kontraksi atrium mendahului kontraksi ventrikel agar pengisian ventrikel berlangsung sempurna.Impuls kemudian dengan cepat berjalan ke septum antarventrikel melalui berkas His dan secara cepat disebarkan ke seluruh miokardium melalui serat-serat Purkinje.Sel-sel ventrikel lainnya diaktifkan melalui penyebaran impuls dari sel ke sel melalui gap junction.Dengan demikian, atrium berkontraksi sebagai satu kesatuan, diikuti oleh kontraksi sinkron ventrikel setelah suatu jeda singkat.Potensial aksi serat-serat jantung kontraktil memperlihatkan fase positif yang berkepanjangan, atau fase datar, yang disertai oleh periode kontraksi yang lama, untuk memastikan agar waktu ejeksi adekuat.Fase datar ini terutama disebabkan oleh pengaktifan saluran Ca++ lambat.Karena terdapat periode refrakter yang lama dan fase datar yang berkepanjangan, penjumlahan dan tetanus otot jantung tidak mungkin terjadi.Hal ini memastikan bahwa terdapat periode kontraksi dan relaksasi yang berganti-ganti sehingga dapat terjadi pemompaan darah.Penyebaran aktivitas listrik ke seluruh jantung dapat direkam dari permukaan tubuh.Rekaman ini, EKG, dapat memberi informasi penting mengenai status jantung.

9.Siklus Jantung
Sirkulasi Jantung

Jantung berdenyut secara otomatis, kita dapat memahami fisologi jantung dengan pemahaman siklus tunggal jantung, yaitu, semua peristiwa yang berkaitan dengan denyut jantung. Pada setiap siklus jantung, perubahan tekanan darah terjadi karena atrium dan ventrikel secara bergantian kontraksi dan relaksasi, dan darah mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke bertekanan rendah. Karena otot dinding ruang jantung berkontraksi, tekanan cairan di dalamnya bertambah. Dalam satu sklus normal jantung, dua atria kontraksi sedang dua ventrikel relaksasi. Kemudian, ketika kedua ventrikel kontrksi, dua atria relaksasi. Istilah sistole (kontraksi) mengacu pada fase kontraksi, fase relaksasi adalah diastole (dilatasi). Satu siklus jantung terdiri dari satu sistole dan diastole dari kedua atria ditambah satu sistole dan diastole kedua ventrikel. Siklus jantung orang dewasa yang sedang istirahat dapat dibagi menjadi tiga fase utama :
a)      Perioda relaksasi. Pada akhir satu denyut jantng ketika ventrikel mulai relaksasi, keempat ruang jantung ada dalam keadaan diastole (dilatasi). Ini adalah awal dari perioda relaksasi. Repolarisasi serabut-serabut otot ventrikel mulai relaksasi. Karena ventrikel relaksasi, tekanan di dalam ruang jatuh, darah mulai mengalir balik dari arteri pulmonalis dan aorta ke ventrikel. Aliran darah ini mendorong balik katub semilunar, sehingga katub ini menutup. Akibat penutupannya katup semilunar menimbulkan benturan yan disebut dicrotic wave pada pangkal lengkung aorta. Dengan menutupnya katub semilunar, ada sedikit jarak waktu ketika volume darah ventrikel tidak berubah karena kedua katub semilunar dan atrio ventrikular menutup. Perioda ini disebut relaksasi isovolumetri. Karena ventrikel terus relaksasi, ruang di bagian dalam meluas, karena tekanan dengan cepat turun. Ketika tekanan ventrikel jatuh di bawah tekanan atria, katub atrioventrikular membuka, dan ventrikel mulai menutup kembali.
b)      Pengisian ventrikel. Pengisian utama ventrikel terjadi tepat setelah katup atrioventrikular membuka. Sepertiga pengisian waktu pengisian ventrikel dikenal sebagai periode pengisian cepat ventrikel. Sepertiga waktu kedua disebut diastasis, volumenya kecil. Sistole atria terjadi pada sepertiga terakhir dari perioda pengisian ventrikel. Pada akhir diastole ventrikel, adakira-kira 130 ml darah dalam setiap ventrikel. Volume darah ini disebut volume akhir diastolik (end diastolic volume = EDV). Karena sistole atria hanya menyumbang 20 – 30%keseluruhan volume darah dalam ventrikel, kontraksi atria bukan kebutuan mutlak aliran darah pada laju normal jantung. Selama periode pengisian, katup atrioventrikular membuka dan katup semilunar menutup.
c)      Kontraksi vebtrikel (sistole). Mendekati akhir sistol atria, impuls dari nodus SA masuk melalui nodus AV ke dalam vebtrikel, yang menyebabkan ventrikel depolarisasi. Kemudian kontraksi ventrikel mulai, dan darah mendorong katup atrioventrikular menutup dengan kuat. Selama kira-kira 0,05 detik, keempat katup menutup lagi. Perioda ini disebut kkontraksi isvolumetri. Selama waktu ini serabut-serabut otot jantung kontraksi dengan kuat, tetrapi belum memendek karena ia sangat sukar menekan setiap cairan, termasuk darah. Kontraksi otot ini adalah isometri (sama panjang). Karena tidak ada jalur aliran bagi darah, volume ventrikel dipertahankan sama (iso volumetri). Karena kontraksi ventrikel berlanjut, tekanan dalam ruang jantung naik tajam. Tekanan ventrikel ini melebihi tekanan aorta (± 80 mmHg) dan tekanan ventrikel kanan naik di atas tekanan pada arteri pulmonalis (±15 – 20 mmHg), kedua katub semilunar membuka, dan pengeluaran darah dari jantung mulai. Periode ini disebut pengeluaran ventrikel dan berlangsung selama ± 0,25 detik, sampai ventrikel melai relaksasi. Kemudian katup semilunar menutup dan periode relaksasi dimulai. Volume darah yang tetap tinggal dalam ventrikel setelah sistol disebut dengan volume akhir sistolik (end sistolic volume = ESV), ± 60 ml.
10.  Bunyi Jantung
a)      S1 (lub) terjadi saat penutupan katup AV karena vibrasi pada dinding ventrikel & arteri; dimulai pada awal kontraksi/sistol ventrikel ketika tekanan ventrikel melebihi tekanan atrium.
b)      S2 (dup) terjadi saat penutupan katup semilunar; dimulai pd awal relaksasi/ diastol ventrikel akibat tekanan ventrikel kiri & kanan lebih rendah dari tekanan di aorta & arteri pulmonal.
c)      S3 disebabkan oleh vibrasi dinding ventrikel krn darah masuk ke ventrikel secara tiba-tiba pada saat pembukaan AV, pada akhir pengisian cepat ventrikel. S3 sering terdengar pada anak dengan dinding toraks yang tipis atau penderita gagal ventrikel.
d)     S4 terjadi akibat osilasi darah & rongga jantung yang ditimbulkan oleh kontraksi atrium. Jarang terjadi pada individu normal.
e)      Murmur adalah kelainan bunyi jantung atau bunyi jantung tidak wajar yang berkaitan dengan turbulensi aliran darah. Bunyi ini muncul karena defek pada katup seperti penyempitan (stenosis) yang menghambat aliran darah ke depan, atau katup yang tidak sesuai yang memungkinkan aliran balik darah.

11.  Frekuensi Jantung
a)      Frekuensi jantung normal berkisar antara 60 samapi 100 denyut per menit, dengan rata-rata denyutan 75 kali per menit. Dengan kecepatan seperti itu, siklus jantung berlangsung selama 0,8 detik: sistole 0,5 detik, dan diastole 0,3 detik.
b)      Takikardia adalah peningkatan frekuensi jantung sampai melebihi 100 denyut per menit.
c)      Bradikardia ditujukan untuk frekuensi jantung yang kurang dari 60 denyut per menit

12.  Pengaturan Frekuensi Jantung
Impuls eferen menjalar ke jantung melalui saraf simpatis dan parasimpatis susunan saraf otonom.Pusat refleks kardioakselerator adalah sekelompok neuron dalam medulla oblongata.Efek impuls neuron ini adalah untuk meningkatkan frekuensi jantung.Impuls ini menjalar melalui serabut simpatis dalam saraf jantung menuju jantung.Ujung serabut saraf mensekresi neropineprin, yang meningkatkan frekuensi pengeluaran impuls dari nodus S-A, mengurangi waktu hantaran melalui nodus A-V dan sistem Purkinje, dan meningkatkan eksitabilitas keseluruhan jantung.Pusat refleks kardioinhibitor juga terdapat dalam medulla oblongata.Efek impuls dari neuron ini adalah untuk mengurangi frekuensi jantung.Impuls ini menjalar melalui serabut parasimpatis dalam saraf vagus.Ujung serabut saraf mensekresi asetilkolin, yang mengurangi frekuensi pengeluaran impuls dari nodus S-A dan memperpanjang waktu hantaran melalui nodus V-A.Frekuensi jantung dalam kurun waktu tertentu ditentukan melalui keseimbangan impuls akselerator dan inhibitor dari saraf simpatis dan parasimpatis.Impuls aferen (sensorik) yang menuju pusat kendali jantung berasal dari reseptor, yang terletak di berbagai bagian dalam sistem kardiovaskular.Presoreseptor dalam arteri karotis dan aorta sensitive terhadap perubahan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah akan mengakibatkan suatu refleks yang memperlambat frekuensi jantung.
Penurunan tekanan darah akan mengakibatkan suatu refleks yang menstimulasi frekuensi jantung yang menjalar melalui pusat medular. Proreseptor dalam vena cava sensitif terhadap penurunan tekanan darah. Jika tekanan darah menurun, akan terjadi suatu refleks peningkatan frekuensi jantung untuk mempertahankan tekanan darah. Pengaruh lain pada frekuensi jantung : Frekuensi jantung dipengaruhi oleh stimulasi pada hampir semua saraf kutan, seperti reseptor untuk nyeri, panas, dingin, dan sentuhan, atau oleh input emosional dari sistem saraf pusat. Fungsi jantung normal bergantung pada keseimbangan elektrolit seperti kalsium, kalium, dan natrium yang mempengaruhi frekuensi jantung jika kadarnya meningkat atau berkurang.
13.  Curah Jantung
Curah jantung adalah volume darah yang dikeluarkan oleh kedua ventrikel per menit.Curah jantung terkadang disebut volume jantung per menit.Volumenya kurang lebih 5 L per menit pada laki-laki berukuran rata-rata dan kurang 20 % pada perempuan.

14.  Perhitungan curah jantung
(Curah jantung = frekuensi jantung x isi sekuncup)
Faktor-faktor  utama yang mempengaruhi curah jantung
a)      Aktivitas berat memperbesar curah jantung sampai 25 L per menit, pada atlit yang sedang berlatih mencapai 35 L per menit. Cadangan jantung adalah kemampuan jantung untuk memperbesar curahnya.
b)      Aliran balik vena ke jantung. Jantung mampu menyesuaikan output dengan input-nya berdasarkan alasan berikut :
                                                  i.      Peningkatan aliran balik vena akan meningkatkan volume akhir diastolic.
                                                ii.      Peningkatan volume diastolic akhir, akan mengembangkan serabut miokardial ventrikel
                                              iii.      Semakin banyak serabut otot jantung yang mengembang pada permulaan konstraksi (dalam batasan fisiologis), semakin banyak isi ventrikel, sehingga daya konstraksi semakin besar. Hal ini disebut hukum Frank-Starling tentang jantung.

15.  Fungsi Jantung
adalah mengepam darah keparu-paru dimana darah itu memperolehi ioksigen dan seterusnya dialirkan ke seluruh badan.Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Jantung melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam paruparu, dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang karbondioksida; jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh. Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah (disebut diastol); selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang jantung (disebut sistol).Kedua atrium mengendur dan berkontraksi secara bersamaan, dan kedua ventrikel juga mengendur dan berkontraksi secara bersamaan.Darah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbondioksida dari seluruh tubuh mengalir melalui 2 vena berbesar (vena kava) menuju ke dalam atrium kanan. Setelah atrium kanan terisi darah, dia akan mendorong darah ke dalam ventrikel kanan. Darah dari ventrikel kanan akan dipompa melaluikatup pulmoner ke dalam arteri pulmonalis, menuju ke paru-paru.

16.  Cara Kerja Jantung
Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah (disebut diastol).Selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang jantung (disebut sistol).Kedua serambi mengendur dan berkontraksi secara bersamaan, dan kedua bilik juga mengendur dan berkontraksi secara bersamaan.Darah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbondioksida (darah kotor) dari seluruh tubuh mengalir melalui dua vena berbesar (vena kava) menuju ke dalam serambi kanan. Setelah atrium kanan terisi darah, dia akan mendorong darah ke dalam bilik kanan. Darah dari bilik kanan akan dipompa melalui katup pulmoner ke dalam arteri pulmonalis, menuju ke paru-paru. Darah akan mengalir melalui pembuluh yang sangat kecil (kapiler) yang mengelilingi kantong udara di paru-paru, menyerap oksigen dan melepaskan karbondioksida yang selanjutnya dihembuskan. Darah yang kaya akan oksigen (darah bersih) mengalir di dalam vena pulmonalis menuju ke serambi kiri. Peredaran darah di antara bagian kanan jantung, paru-paru dan atrium kiri disebut sirkulasi pulmoner

  1. Pengertian Congestive Heart Failure (CHF)
Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung kongestif adalah keadaan dimana jantung tidak mampu lagi memompakan darah yang cukup dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi badan untuk keperluan jaringan tubuh pada keadaan tertentu, sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi.
Gbr 2.4
Jantung Normal dan Gagal Jantung
Related image
Sumber: Hedi S : Google
Gagal jantung kongestif merupakan kondisi terminal pada banyak jenis penyakit jantung, keadaan ini merupakan kondisi patologik ketika fungsi jantung yang terganggu itu membuat jantung tidak mampu mempertahankan curah jantung yang cukup untuk memenui kebutuhan metabolik tubuh. Gagal jantung kongestif ditandai oleh berkurangnya curah jantung (forward failure), penumpukan darah dalam sistem vena (backward failure) atau keduanya (Mitchell, 2009. Buku Kedokteran : Jakarta)
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi (Brunner dan Suddart, 805. KMB).
Gagal jantung kongestif adalah gagal serambi kiri dan kanan dari jantung yang menakibatkan ketidakmampuan untuk memberikan keluaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan menyeabkan terjadinya kongestif pulmonal dan sistemik (Marilynn E Doenges, Hal 52)
Menurut Purnawan (1982) Congestive Heart Failure adalah suatu kegagalan jantung dalam memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh.Kegagalan jantung kongestif adalah suatu kegagalan dalam pemompaan dimana cardiac output tidak mencukupi kebutuhan tresse tubuh, hal ini mungkin terjadi sebagai akibat akhir dari gangguan jantung, pembuluh darah atau kapasitas oksigen yang terbawa dalam darah yang mengakibatkan jantung tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen pada berbagai organ (Ni Luh Gede Yasmin, 1993).

Menurut Ebbersole, Hess,1998 klasifikasi Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah secara adekuat ke seluruh tubuh. Sebagai berikut :
Klasifikasi.
1)      Gagal jantung akut-kronik
a.       Gagal jantung akut terjadinya secara tiba-tiba, ditandai dengan penurunan kardiak output dan tidak adekuatnya perfusi jaringan. Ini dapat mengakibatkan edema paru dan kolaps pembuluh darah.
b.      Gagal jantung kronik terjadinya secar perkahan ditandai dengan penyakit jantung iskemik, penyakit paru kronis. Pada gagal jantung kronik terjadi retensi air dan sodium pada ventrikel sehingga menyebabkan hipervolemia, akibatnya ventrikel dilatasi dan hipertrofi.
2)      Gagal Jantung Kanan-Kiri
a.       Gagal jantung kiri terjadi karena ventrikel gagal untuk memompa darah secara adekuat sehingga menyebabkan kongesti pulmonal, hipertensi dan kelainan pada katub aorta/mitral
b.      Gagal jantung kanan, disebabkan peningkatan tekanan pulmo akibat gagal jantung kiri yang berlangsung cukup lama sehingga cairan yang terbendung akan berakumulasi secara sistemik di kaki, asites, hepatomegali, efusi pleura, dll.
3)      Gagal Jantung Sistolik-Diastolik
a.       Sistolik terjadi karena penurunan kontraktilitas ventrikel kiri sehingga ventrikel kiri tidak mampu memompa darah akibatnya kardiak output menurun dan ventrikel hipertrofi.
b.      Diastolik karena ketidakmampuan ventrikel dalam pengisian darah akibatnya stroke volume cardiac output turun.

  1. Patofisiologi
Kelainan fungi otot jantung disebabkan karena aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan tidak jelas, hipertrofi otot jantung tadi tidak dapat berfungsi secara normal, dan akhirnya akan terjadi gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun. Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventriel kanan. Gagal ventrikel kiri murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel berpasangan atau sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.
a)      Gagal jantung kiri
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru. Dispnu dapat terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu pertukaran gas. Mudah lelah dapat terjadi akibat curah jantung yang kurang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme, juga terjadi akibat meningkatnya energi yang digunakan untuk bernapas dan insomnia yang terjadi akibat distress pernapasan dan batuk.
b)      Gagal jantung kanan
Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti viscera dan jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasikan semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang tampak dapat meliputi edema ekstremitas bawah, peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena leher, asites, anoreksia, mual dan nokturia.

1.      Etiologi
Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis penyakit jantung kongestif maupun didapat. Mekanisme fisiologis  yang menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi : regurgitasi aorta dan cacat septum ventrikel. Dan beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta  dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada imfark miokardium dan kardiomiopati.
Faktor-fktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui penekanana sirkulasi yang mendadak dapat berupa : aritmia, infeksi sistemik dan infeksi paru-paru dan emboli paru-paru. Pennganan yang efektif terhadap gagal jantung membutuhkan pengenalan dan penanganan tidak saja terhadap mekanisme fisiologis dan penykit yang mendasarinya, tetapi juga terhadap faktor-faktor yang memicu terjadinya gagal jantung.
2.      Manifestasi klinis
a.       CHF Kronik
Meliputi: anoreksia, nokturia, edema perifer, hiperpigmentasi ekstremitas bawah, kelemahan, heaptomegali,ascites, dyspnea, intoleransi aktivitas barat, kulit kehitaman.
b.      CHF Akut
Meliputi: ansietas, peningkatan berat badan, restletness, nafas pendek, bunyi krekels, fatigue, takikardi, penurunan resistensi vaskuler, distensi vena jugularis, dyspnea, orthopnea, batuk, batuk darah, wheezing bronchial, sianosis, denyut nadi lemah dan tidak teraba, penurunan urin noutput, delirium, sakit kepala
Manifestasi klinis gagaal jantung sering dipisahkan menjadi efek kedepan (forward) atau efek kebelakang (backward), dengan sisi kanan atau kiri jantung sebagai titik serangan.
1)      Efek ke depan gagal jantung kiri
a)    Penurunan tekanan darah sistemik.
b)   Kelelahan.
c)    Takikardi.
d)   Penurunan pengeluaran urine.
e)    Ekspansi volume plasma.



2)      Efek ke belakang gagal jantung kiri
a)      Peningkatan kongesti paru, terutama waktu berbaring.
b)      Despnue (sesak napas).
c)      Apabila keadaan memburuk, terjadi gagal jantung kanan.
3)      Efek ke depan gagal jantung kanan
a)      Penurunan aliran darah paru.
b)      Penurunan oksigenasi darah.
c)      Kelemahan.
d)     Penurunan tekanan darh sistemik dan semua tanda gagal jantung kiri.
4)      Efek ke belakang gagal jantung kanan
a)      Peningkatan penimbunan darah dalam vena.
b)      Edema ekstremitas
c)      Distensi vena jugularis.
d)     Hepatomegali dan splenomegali.
3.      Komplikasi
a)      Trombosis vena dalam, karena pembentukan bekuan vena karena stasis darah.
b)      Syok Kardiogenik, akibat disfungsi nyata
c)      Toksisitas digitalis akibat pemakaian obat-obatan digitalis.
4.      Penatalaksanaan klinis
a)      Non Farmakologis
1)      CHF Kronik
-          Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi oksigen melalui istirahat atau pembatasan aktivitas,
-          Diet pembatasan natrium
-          Menghentikan obat-obatan yang memperparah seperti NSAIDs karena efek prostaglandin pada ginjal menyebabkan retensi air dan natrium
-          Pembatasan cairan (kurang lebih 1200-1500 cc/hari)
-          Olah raga secara teratur

2)      CHF Akut
-          Oksigenasi (ventilasi mekanik)
-          Pembatasan cairan
b)      Farmakologis
Tujuan: untuk mengurangi afterload dan preload
1)      First line drugs; diuretic
Tujuan: mengurangi afterload pada disfungsi sistolik dan mengurangi kongesti pulmonal pada disfungsi diastolic.
Obatnya adalah: thiazide diuretics untuk CHF sedang, loop diuretic, metolazon (kombinasi dari loop diuretic untuk meningkatkan pengeluaran cairan), Kalium-Sparing diuretic
2)      Second Line drugs; ACE inhibitor
Tujuan; membantu meningkatkan COP dan menurunkan kerja jantung.
Obatnya adalah:
a)      Digoxin; meningkatkan kontraktilitas. Obat ini tidak digunakan untuk kegagalan diastolic yang mana dibutuhkan pengembangan ventrikel untuk relaksasi
b)      Hidralazin; menurunkan afterload pada disfungsi sistolik.
c)      Isobarbide dinitrat; mengurangi preload dan afterload untuk disfungsi sistolik, hindari vasodilator pada disfungsi sistolik.
d)     Calsium Channel Blocker; untuk kegagalan diastolic, meningkatkan relaksasi dan pengisian dan pengisian ventrikel (jangan dipakai pada CHF kronik).
e)      Beta Blocker; sering dikontraindikasikan karena menekan respon miokard. Digunakan pada disfungsi diastolic untuk mengurangi HR, mencegah iskemi miocard, menurunkan TD, hipertrofi ventrikel kiri.

c)      Pendidikan Kesehatan
1)      nformasikan pada klien, keluarga dan pemberi perawatan tentang penyakit dan penanganannya.
2)      Informasi difokuskan pada: monitoring BB setiap hari dan intake natrium.
3)      Diet yang sesuai untuk lansia CHF: pemberian makanan tambahan yang banyak mengandung kalium seperti; pisang, jeruk, dll.
4)      Teknik konservasi energi dan latihan aktivitas yang dapat ditoleransi dengan bantuan terapis.
D.    Pemeriksaan Diagnostik
1)      EKG; mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis, iskemia dan kerusakan pola.mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium, ventrikel hipertrofi, disfungsi pentyakit katub jantung.
2)      Rontgen dada; Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau peningkatan tekanan pulnonal.
3)      Scan Jantung; Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan jantung.
4)      Kateterisasi jantung; Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katub atau insufisiensi serta mengkaji potensi arteri koroner.
5)      Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal, terapi diuretic.
6)      Oksimetri nadi; Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF memperburuk PPOM.
7)      AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia dengan peningkatan tekanan karbondioksida.
8)      Enzim jantung; meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan jantung,missal infark miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK dan Dehidrogenase Laktat/LDH, isoenzim LDH).















BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1.      Konsep Asuhan Keperawatan
A.    Proses Keperawatan
1)      Pengkajian
a.       Riwayat Keperawatan
Keluhan
Dada terasa berat (seperti memakai ketet), Palpitasi atau berdebar-debar, Paroxysmal Nocturnal Dyspnea(PND) atau ortopnea,sesak nafas pada saat beraktivitas,batuk(hemoptoe),tidur harus memakia bantal lebih dari dua buah, Tidak nafsu makan,mual, dan muntah, Letargi (kelesuan) atau fatigue (kelemahan), Insomnia, Kaki bengkan,dan barat badan bertambah, Jumlah urine menurun, Serangan timbul mendadak atau sering kambuh.
b.      Riwayat penyakit: hipertensi renal,angina.infark miokard kronis,diabetes mellitus,bedah jantung dan disritmia.
c.       Riwayat diet: intake gula,garam,lemak,kafein,cairan,alcohol.
d.      Riwayat pengobatan: toleransi obat, obat  penekan fungsi jantung,steroid,jumlah cairan per-IV,alergi terhadap obat tertentu.
e.       Pola eleminasi urine :oliguria,nokturia.
f.       Merokok: perokok,cara/jumlah batang perhari,jangka waktu.
g.      Postur,kegelisahan,kecemasan.
h.      Factor predisposisi dan presipitasi: obesitas,asma,atau COPD yang merupakan factor pencetus peningkatan kerja jantung dan mempercepat perkembangan CHF.

2)      Studi diagnostik
a.       Hitung sel darah lengkap: anemia berat/anemia gravis atau polisitemia vera.
b.      Hitung sel darah putih: lekositosis(endocarditis dan miokarditis) atau keadaan infeksi lain.
c.       Analisa gas darah (AGD):Menilai derajat gangguan keseimbangan asm basa baik metabolic maupun respiratorik.
d.      Fraksi lemak:peningkatan kadar kolesterol ,trigeliserida,low desity lipoprotein merupakan resiko CAD dan penuruna perfusi jaringan.
e.       Serum ketakolamin :pemeriksaan umtuk engesampingkan penyakit sdneral.
f.       Sedimentasi meningkat akibat adanya inflamasi akut.
g.      Tes fungsi ginjal dan hati: menilai  efek yang terjadi akibat CHF terhadap fungsi hati atau ginjal.
h.      Tiroid:menilai peningkatan aktivitas tiroid
i.        Echocardiogram : menilai stenosis/inkompetensi,pembesaran ruang jantung,hipertrofi ventrikel.
j.        Scan jantung: menilai underperfunsion otot jantung,yang menunjang penurunan kemampuan kontraksi.
k.      Rontgen toraks: untuk menilai pembesaran jantung (Cardio Thoraxic Ratio/CTR) dan edeme paru.
l.        EKG: menilai hipertrofi atrium/ventrikel,iskemia.infark,dan disritmia.

3)      Pemeriksaan fisik
a.       Evaluasi status jantung: berat badan,tinggi badan,kelemahan toleransi aktivitas bunyi jantung
b.      Respirasi: hitung pernafasan, adanya suara tambahan (ronkhi,rakles,wheezing)
c.       Tampak pulsasi vena jugularis,JVP>3 cmH2O.
d.      Evaluasi factor stress,menilai insomnia,gugugp,rasa cemas/takut yang kronis.
e.       Palpasi abdomen:hematomegali,asites
f.       Konjungtiva pucat,sclera ikterik
g.      Capillary Refill Time(CTR) >2 detik,suhu akral dingin,diaphoresis,warna kulit pucat,dan pitting edema.



B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Penurunan curah jantung berhubungan dengan Perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik, Perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik, Perubahan structural, ditandai dengan;
-          Peningkatan frekuensi jantung (takikardia): disritmia, perubahan gambaran pola EKG
-          Perubahan tekanan darah (hipotensi/hipertensi).
-          Bunyi ekstra (S3 & S4)
-          Penurunan keluaran urine
-          Nadi perifer tidak teraba
-          Kulit dingin kusam
-          Ortopnea,krakles, pembesaran hepar, edema dan nyeri dada.

a)      Tujuan
Klien akan menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung, melaporkan penurunan epiode dispnea, angina, Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.

b)      Intervensi:
1)      Auskultasi nadi apical; kaji frekuensi, iram jantung
Rasional: Biasanya terjadi takikardi (meskipun pada saat istirahat) untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel.
2)      Catat bunyi jantung
Rasional: S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa.
Irama Gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah ke serambi yang disteni. Mur-mur dapat menunjukkan inkompetensi/stenosis katup.



3)      Palpasi nadi perifer
Rasional: Penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya nadi radial, popliteal, dorsalis, pedis dan posttibial. Nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi dan pulse alternan.
4)      Pantau TD
Rasional: Pada GJK dini, sedng atu kronis tekanan drah dapat meningkat. Pada HCF lanjut tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi dan hipotensi tidak dapat normal lagi.
5)      Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis
Rasional: Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer sekunder terhadap tidak adekutnya curah jantung; vasokontriksi dan anemia. Sianosis dapt terjadi sebagai refrakstori GJK. Area yang sakit sering berwarna biru atu belang karena peningkatan kongesti vena.
6)      Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat sesuai indikasi (kolaborasi)
Rasional: Meningkatkn sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk melawan efek hipoksia/iskemia. Banyak obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas dan menurunkan kongesti.

2.      Aktivitas intoleran berhubungan dengan ketidakseimbangan antar suplai oksigen. Kelemahan umum, Tirah baring lama/immobilisasi.
Ditandai dengan: Kelemahan, kelelahan, perubahan tanda vital, adanya disritmia, dispnea, pucat, berkeringat.
a)      Tujuan /kriteria evaluasi:
Klien akan berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi
perawatan diri sendiri, mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan.



b) Intervensi:
1)      Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien menggunakan vasodilator, diuretic dan penyekat beta.
Rasional: Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilasi), perpindahan cairan (diuretic) atau pengaruh fungsi jantung.
2)      Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia, dispnea berkeringat dan pucat.
Rasional: Penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dpat menyebabkan peningkatan segera frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.
3)      Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.
Rasional: Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas.
4)      Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborasi)
Rasional: Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung/konsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stress, bila fungsi jantung tidak dapat membaik kembali.

3.      Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air. ditandai dengan:
Ortopnea, bunyi jantung S3, oliguria, edema, peningkatan berat badan, hipertensi, bunyi jantung abnormal.
a)      Tujuan /kriteria evaluasi:
Klien akan mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan danpengeluaran, bunyi nafas bersih/jelas, tanda vital dalam rentang yang dapat diterima, berat badan stabil dan tidak ada edema, menyatakan pemahaman tentang pembatasan cairan individual.

b)      Intervensi:
1)      Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi.
Rasional: Pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi ginjal. Posisi terlentang membantu diuresis sehingga pengeluaran urine dapat ditingkatkan selama tirah baring.
2)      Pantau/hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam
Rasional: Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tibatiba/berlebihan (hipovolemia) meskipun edema/asites masih ada.
3)      Pertahakan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase akut.
Rasional: Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan diuresis.
4)      Pantau TD dan CVP (bila ada)
Rasional: Hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan cairan dan dapat menunjukkan terjadinya peningkatan kongesti paru, gagal jantung.
5)      Kaji bisisng usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi.
Rasional: Kongesti visceral (terjadi pada GJK lanjut) dapat mengganggu fungsi gaster/intestinal.
6)      Pemberian obat sesuai indikasi (kolaborasi)
7)      Konsul dengan ahli diet.
Rasional: perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium.

4.      Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler-alveolus.
a)      Tujuan /kriteria evaluasi:
Klien akan mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenisasi adekuat pada jaringan ditunjukkan oleh oksimetri dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan, berpartisipasi dalam program pengobatan dalam batas kemampuan/situasi.

b)      Intervensi:
1)      Pantau bunyi nafas, catat krekles
Rasional: menyatakan adnya kongesti paru/pengumpulan secret menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lanjut.
2)      Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif, nafas dalam.
Rasional: membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen.
3)      Dorong perubahan posisi.
Rasional: Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.
4)      Kolaborasi dalam Pantau/gambarkan seri GDA, nadi oksimetri.
Rasional: Hipoksemia dapat terjadi berat selama edema paru.
5)      Berikan obat/oksigen tambahan sesuai indikasi

5.      Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema dan penurunan perfusi jaringan.
a)      Tujuan/kriteria evaluasi:
Klien akan mempertahankan integritas kulit, mendemonstrasikan perilaku/teknik mencegah kerusakan kulit.
b)      Intervensi:
1)      Pantau kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya terganggu/pigmentasi atau kegemukan/kurus.
Rasional: Kulit beresiko karena gangguan sirkulasi perifer, imobilisasi fisik dan gangguan status nutrisi.
2)      Pijat area kemerahan atau yang memutih
Rasional: meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia jaringan.
3)      Ubah posisi sering ditempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak pasif/aktif.
Rasional: Memperbaiki sirkulasi waktu satu area yang mengganggu
aliran darah.
4)      Berikan perawatan kulit, minimalkan dengan kelembaban/ekskresi.
Rasional: Terlalu kering atau lembab merusak kulit/mempercepat kerusakan.
5)      Hindari obat intramuskuler
Rasional: Edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorbsi obat dan predisposisi untuk kerusakan kulit/terjadinya infeksi.

6.      Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan menelan dan penurunan nafsu makan.
a)      Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Kriteria hasil :
-          Menunujukkan  peningkatan/mempertahankan berat badan.
-          Tidak  mengalami mual dan muntah
-          Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
b)      Intervensi:
1)      Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi
2)      Observasi dan catat masukkan makanan pasien.
Rasional : mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
3)      Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
4)      Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan.
Rasional : menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan.
5)      Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang berhubungan.
Rasional : gejala GI dapat menunjukkan (hipoksia) pada organ.
6)      Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka,
Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
7)      Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.
Rasional : membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.

7.      Nyeri abdomen berhubungan dengan proses peradangan.
a)      Tujuan : nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
-          Pasien tampak tenang dan rileks
-          Tanda-tanda vital normal
b)      Intervensi :
1)      Pantau tanda-tanda vital pasien, intensitas dan skala nyeri
Rasional: mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.
2)      Anjurkan klien untuk banyak istirahat.
Rasional : istirahat dapat mengurangi intensitas nyeri.
3)      Atur posisi pasien senyaman mungkin.
Rasional: posisi yang tepat mengurangi penenkanan dan mencegah ketegangan otot serta mengurangi nyeri.
4)      Ajarkan teknik relaksasi dan nafas dalam.
Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman.
5)      Kolaborasikan untuk pemberian analgetik.
Rasional : analgetik berguna untuk mengurangi nyeri.

8.      Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan program pengobatan berhubungan dengan kurang pemahaman/kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal, ditandai dengan:
Pertanyaan masalah/kesalahan persepsi, terulangnya episode GJK yang dapat dicegah.
a.       Tujuan/kriteria evaluasi
Klien akan:
6)      Mengidentifikasi hubungan terapi untuk menurunkan episode berulang dan mencegah komplikasi.
7)      Mengidentifikasi stress pribadi/faktor resiko dan beberapa teknik untuk menangani.
8)      Melakukan perubahan pola hidup/perilaku yang perlu.
a.       Intervensi:
1)      Diskusikan fungsi jantung normal
Rasional: Pengetahuan proses penyakit dan harapan dapat memudahkan ketaatan pada program pengobatan.
2)      Kuatkan rasional pengobatan.
Rasional: Klien percaya bahwa perubahan program pasca pulang dibolehkan bila merasa baik dan bebas gejala atau merasa lebih sehat yang dapat meningkatkan resiko eksaserbasi gejala.
3)      Anjurkan makanan diet pada pagi hari.
Rasional: Memberikan waktu adekuat untuk efek obat sebelum waktu tidur untuk mencegah/membatasi menghentikan tidur.
4)      Rujuk pada sumber di masyarakat/kelompok pendukung suatu indikasi.
BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
CHF atau yang sering disebut dengan gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh (Ebbersole, Hess, 1998). Risiko CHF akan meningkat pada orang lanjut usia (lansia) karena penurunan fungsi ventrikel akibat proses penuaan. CHF ini dapat menjadi kronis apabila disertai dengan penyakit – penyakit seperti hipertensi, penyakit katup jantung, kardiomiopati (kelainan fungsi otot jantung), dan lain-lain.CHF juga dapat berubah menjadi akut dan berkembang secara tiba-tiba pada kasus miokard infark (penyakit serangan jantung akibat aliran darah ke otot jantung).
Gagal jantung juga sering disebut suatu keadaan ketika jantung tidak mampu mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun tekanan pengisian darah pada vena normal. Namun, definisi-definisi lain menyatakan bahwa gagal jantung bukanlah suatu penyakit yang terbatas pada satu organ, melainkan suatu sindrom klinis akibat kelainan jantung yang ditandai dengan respons hemodinamik, renal, neural, dan hormonal (Mutaqqin,2009).

B.     Saran
Untuk mengetahui lebih jauh dan lebih banyak bahkan lebih lengkap tentang gagal jantung, pembaca dapat membaca dan mempelajari buku – buku yang berhubungan dengan gagal jantung.Disini penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun dan menyempurnakan penulisan makalah – makalah selanjutnya sangat diharapkan.



DAFTAR PUSTAKA

Muhamad ardiansyah. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Diva press:Jogyakarta.

J Corwin, Elizabeth. 2001. Buku saku patofisiologi. EGC

Juni, Wajan. 2002. Keperawatan Kardiovaskuler. Salemba Medika.

Doenges, Marilynn E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

makalah fraktur maxilla

SISTEM MUSKULOSKELETAL “Asuhan Keperawatan Dengan Kasus Fraktur Maxilla ” Dosen Pengajar : Rusmawati Sitorus S.Pd S.Kep MA Dis...