makalah anemia


ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PENYAKIT ANEMIA
DOSEN PENGAJAR : Ns. Ari Susiani, M.kep


Disusun oleh : Kelompok VI
1.  Ani susilawati                             (16008)
2.  Ira Safira                                     (16025)
3.  RIma Sudrajat                           (16042)
4.  Rizki Kurniawati                       (16044)
5.  Yuly Yaneu Jayanti                   (16061)

AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA
2017






KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan dengan anemia” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Kami menghaturkan rasa terima kasih kepada para pihak yang telah membantu guna terselesaikannya makalah ini tanpa bermaksud melupakan kepada seluruh pihak yang telah berjasa mamemberikan bantuannya, kami ucapkan terimakasih kepada :
1.      Ibu Rusmawati Sitorus, SPd, Skep, MA Selaku Direktur Akademi Keperawatan Harum Jakarta serta segenap jajarannya yang telah memberikan kemudahan-kemudahan baik berupa moral maupun materi selama mengikuti pendidikan di Akademi Keperawatan Harum.
2.      Ibu Ns. Ari Susiani, MKep Selaku dosen mata ajar KMB 1 Metodologi
3.      Kedua Orangtua kami yang telah membantu moril maupun mater, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
4.      Rekan-rekan Mahasiswa yang telah membantu pada kami dalam rangka penyusunan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharapa kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Jakarta, November 2017
  











DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................        i
DAFTAR ISI ..........................................................................................        ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ...........................................................................        1
B.     Tujuan Penulisan.........................................................................        3         
C.     Sumber Informasi .......................................................................        3         
D.    Sistematika Penulisan..................................................................        4
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A.    Anatomi Fisiologi ......................................................................        5         
1.      Anatomi Darah......................................................................        5
2.      Fisiologi ...............................................................................        8
B.     Pengertian Anemia......................................................................        8
C.     Patofisiologi ...............................................................................        9
1.      Etiologi .................................................................................        10
2.      Manifestasi Klinik ................................................................        11
3.      Komplikasi ...........................................................................        11
D.    Pemeriksaan Diagnostik atau Penunjang ...................................        12
E.     Penatalaksanaan Medis ..............................................................        12
BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A.    Pengkajian ..................................................................................        24       
B.     Diagnosa Keperawatan ..............................................................        32
C.     Rencana Keperawatan Secara Teoritis  ......................................        33
BAB IV PENUTUP
A.    Kesimpulan .................................................................................        41
B.     Saran ...........................................................................................        42


 








BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Seperti yang kita ketahui anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar hemoglobin  (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal (Soebroto, 2010). Anemia pada umumnya terjadi di seluruh dunia, terutama di Negara berkembang (Developing countries) dan pada kelompok sosio-ekonomi rendah (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008).

Di Indonesia, anemia gizi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di samping masalah-masalah gizi yang lainnya, yaitu: kurang kalori protein, defisiensi vitamin A, dan gondok endemik (Arisman, 2007). Anemia pada wanita masa nifas (pasca persalinan) juga umum terjadi, sekitar 10% dan 22% terjadi pada wanita post partum dari keluarga miskin (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008). Anemia gizi disebabkan oleh defisiensi zat besi, asam folat, dan / atau vitamin B12, yang kesemuanya berakar pada asupan yang tidak adekuat, ketersediaan hayati rendah (buruk), dan kecacingan yang masih tinggi (Arisman, 2007).

Penyebab anemia gizi besi, selain karena adanya pantangan terhadap makanan hewani faktor ekonomi merupakan penyebab pola konsumsi masyarakat kurang baik, tidak semua masyarakat dapat mengkonsumsi lauk hewani dalam sekali makan. Padahal pangan hewani merupakan sumber zat besi yang tinggi absorbsinya (Waryana, 2010). Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008 menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah 70% mengalami anemia sedangkan di Sumatera Barat jumlah ibu hamil yang mengalami anemia sebesar 69% (Dinkes Sumbar, 2008). Dari hasil laporan Dinas Kesehatan Pasaman Barat tahun 2008 kejadian anemia pada ibu hamil adalah 19,7%, tahun 2009 sebanyak 12,5% dan tahun 2010 sebanyak 9,2%. Ibu hamil yang mengalami anemia di wilayah kerja UPTDK 3 Puskesmas Desa Baru tahun 2008 sebanyak 28,5%, tahun 2009 sebanyak 24,3% dan tahun 2010 sebanyak 21,1%.

Sebagian besar anemia di Indonesia selama ini dinyatakan sebagai akibat kekurangan besi dan perhatian yang kurang terdapat ibu hamil merupakan perdisposis anemia divisiensi di Indonesia (Saifuddin, 2006 : 281).

Tablet besi sangat diperlukan pada ibu hamil untuk pembentukan hemoglobin, sehingga pemerintah Indonesia mengatasinya dengan mengadakan pemberian suplemen besi untuk ibu hamil mulai tahun 1974, namun hasilnya belum memuaskan (Depkes, 2003). Karena Anemia gizi besi merupakan masalah gizi utama bagi semua kelompok umur dengan prevalensi paling tinggi pada ibu hamil (70%), dan pekerja yang berpenghasilan rendah (40%). Sedangkan prevalensi pada anak sekolah sekitar 30% serta pada balita sekitar 40% (Supariasa, 2002).

Berdasarkan data Rekam Medik RSUD Prof. Margono Soekarjo diperoleh data mengenai jumlah kasus anemia pada tahun 2008 sebanyak 186 kasus, 2009 sebanyak 320 kasus, 2010 sebanyak 533 kasus dan 2011 sebanyak 467 kasus. Untuk tahun 2012 sejak bulan Januari sampai dengan Mei sebanyak 132 kasus.

Untuk mengatasi permasalahan ini diperlukan kerjasama berbagai pihak yang dapat membantu pasien mengatasi penyakit ini baik itu keluarga, masyarakat dan tenaga kesehatan. Sebagai perawat, pelayanan keperawatan yang dapat kita lakukan untuk membantu menangani penyakit ini yaitu mulai dari promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi dalam aplikasi pelayanan keperawatan dan carring untuk memaksimalkan pencapaian tujuan dari pelayanan keperawatan. Selain itu, Peran perawat sebagai pelayanan profesional yaitu mengembangkan dan memberikan metode dan sistem pemberian asuhan keperawatan yang profesional, akurat, dan meningkatkan kualitas layanan. Salah satunya memenuhi kebutuhan aktifitas yang tepat dan akurat dalam mempertahankan

B.     Tujuan Penulisan
                                         
Dengan adanya peran perawat tersebut maka kelompok mengambil judul tersebut dengan tujuan :
1.      Tujuan umum
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang Anemia.
Untuk mengetahui Asuhan keperawatan pada klien Anemia.
2.      Tujuan khusus
a.       Dapat mengetahui Anatomi fisiologi Darah
b.      Dapat mengetahui definisi Anemia
c.       Dapat mengetahui etiologi Anemia.
d.      Dapat mengetahui Patofisiologi Anemia
e.       Dapat mengetahui manifestasi klinis Anemia
f.        Dapat mengetahui penatalaksanaan Anemia
g.      Dapat mengetahui pemeriksaan penunjang Anemia
h.      Dapat mengetahui komplikasi Anemia
i.        Dapat mengetahui pathway Anemia
j.        Dapat mengetahui konsep keperawatan Anemia
k.      Dapat mengetahui asuhan keperawatan pada gangguan Anemia.

C.     Sumber Informasi 

Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan sistem kepustakaan yaitu dengan membaca, mempelajari, dan memahami buku dan sumber lain untuk mendapatkan hasil tentang pengertian Angina Pectoris, etiologi, anatomi fisiologi dan Asuhan keperawatan tentang Angina Pectoris. Selain itu, kelompok juga membaca dari sumber internet.




D.     Sistematika Penulisan

Bab I      pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan yang terdiri   dari tujuan umum dan tujuan khusus, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II    :  tinjauan pustaka yang terdiri dari : konsep dasar, pengertian angina pectoris, anatomi dan fisiologi jantung, patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan medis, konsep keperawatan. 
Bab III :  penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran







BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.                Anatomi Fisiologi
1.      Anatomi Darah
 



Menurut Tarwoto (2009, hal. 313) anatomi darah manusia adalah sebagai berikut :
a.       Darah
Darah merupakan komponen esensial mahkluk hidup yang berada dalam ruang vaskuler, karena peranannya sebagai media komunikasi antar sel ke berbagai bagian tubuh dengan dunia luar karena fungsinya membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan dan karbon dioksida dari jaringan ke paru-paru untuk dikeluarkan, membawa zat nutrein dari saluran cerna ke jaringan kemudian menghantarkan sisa metabolisme melalui organ sekresi seperti ginjal, menghantarkan hormon dan materi-materi pembekuan darah.
b.      Karakteristik darah
Karakteristik umum darah meliputi warna, viskositas, pH, Volume dan kompisisinya; Warna, darah arteri berwarna merah muda karena banyak oksigenyang berkaitan dengan hemoglobin dalam sel darah merah. Viskositas, viskositas darah 3/4 lebih tinggi dari pada viskositas air yaitu sekitar 1.048 sampai 1.066. pH, pH darah bersifat alkaline dengan pH 7.35 sampai dengan 7.45 (netral 7.00). Volume, pada orang dewasa volume darah sekitar 70 sampai 75 ml/kgBB, atau sekitar 4 sampai 5 liter darah. Komposisi, darah tersusun atas dua komponen utama yaitu plasma darah dan sel-sel darah.
c.       Struktur sel darah
Sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter sekitar7.5 mikron, tebal bagian tepi dan bagian tengahnya 1 mikron atau kurang. tersusun atas membran yang sangat tipis sehingga sangat mudah terjadi diffusi oksigen, karbondioksida dan sitoplasma, tetapi tidak mempunyai inti sel. Sel darah merah matang mengandung 200-300 juta hemoglobin (terdiri hem merupakan gabungan protoporfirin dengan besi dan globin adalah bagian dari protein yang tersusun oleh 2 rantai alfa dan 2 rantai beta) dan enzim-enzim seperti G6PD (glucose 6 – phosphate dehydogenase).
d.      Haemoglobin
Hemoglobin adalah protein berpigmen merah yang terdapat dalam sel darah merah. Normalnya dalam darah pada laki-laki 15,5g/dl dan pada wanita 14,0g/dl (Susan M Hinchliff,1996). Rata-rata konsentrasi hemoglobin pada sel darah merah 32g/dl.
e.       Sel darah putih
Pada keadaan normal jumlah sel darah putih atau leukosit 5000-10000 sel/mm3. Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu yang bergranulosit dan yang agranulosit.
f.       Trombosit
Trombosit merupakan sel tak berinti, berbentuk cakram dengan diameter 2-5 um, berasal dari pertunasan sel raksasa berinti banyak megakariosit yang terdapat dalam sumsum tulang. Pada keadaan normal jumlah trombosit sekitar 150.000-300.000/mL darah dan mempunyai masa hidup sekitar 1-2 minggu atau kira-kira 8 hari. Trombosit tersusun atas substansi fospolifid yang penting dalam pembekuan dan juga menjaga keutuhan pembuluh darah serta memperbaiki pembuluh darah kecil yang rusak. Trombosit diproduksi di sumsum tulang kemudian sekitar 80% beredar disirkulasi darah hanya 20% yang disimpan dalam limpa sebagai cadangan.


 
2.    Fisiologi
a.    Transport internal
1)      Darah membawa berbagai macam substansi untuk fungsi metabolisme.
2)      Respirasi. Gas oksigen dan karbondioksida dibawah oleh hemoglobin dalam sel darah merah dan plasma, kemudian terjadi pertukaran gas di paru-paru.
3)      Nutrisi, nutrient/zat gizi diabsorpsi dari usus, kemudian dibawa dalam plasma kehati dan jaringan-jaringan lain yang  digunakan untuk metabolisme.
4)      Sekresi. Hasil metabolisme dibawa plasma kedunia luar  melalui ginjal.
b.    Proteksi tubuh terhadap bahaya mikroorganisme, yang merupakan fungsi dari sel darah putih.
A.    Definisi Anemia
Menurut Corwin (2009. Hal 410), Anemia adalah penurunan kuantitas sel sel darah merah dalam sirkulasi, abnormalitas kandungan hemoglobin sel darah merah, atau keduanya. Menurut Baughman, (2000. Hal 22) Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin (HB) atau hematokrit (HT) dibawah normal.

Menurut Mansjoer (2000. Hal 547) menyatakan anemia defesiensi besi adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dan/atau hitung ertrosit lebih rendah dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila hemoglobin < 14 g/dl dan hematokrit < 41% pada pria atau hemoglobin < 12 g/dl dan hematokrit < 37% pada wanita.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa anemia adalah Anemia atau kurang darah adalah kondisi di mana jumlah sel.
B.     Patofisiologi
Menurut Tarwoto (2008. Hal 43), Patofisiologi pada klien anemia ialah Zat besi masuk dalam tubuh melalui makanan. Pada jaringan tubuh besi berupa : senyawa fungsional  seperti hemoglobin, mioglobin dan enzim–enzim, senyawa besi transportasi  yaitu dalam bentuk transportasi dan senyawa besi cadangan  seperti ferritin dan hemosiderin. Besi ferri dari makanan akan menjadi ferro jika dalam keadaan asam dan bersifat mereduksi sehingga mudah untuk diabsorpsi oleh mukosa usus. Dalam tubuh besi tidak terdapat bebas terapi berikatan dengan molekul protein menbebtuk ferritin, komponen proteinnya disebut apoferritin, sedangkan dalam bentuk transport zat besi dalam bentuk ferro berikatan dengan protein membentuk transferin, komponen proteinnya disebut apotransferin, dalam darah disebut serotransferin.
 
PATHWAY ANEMIA (Patrick Davey, 2002)


1.      Etiologi
Penyebab Anemia menurut Tarwoto (2008. Hal 36) ialah sebagai berikut:
a.    Genetik; hemoglobinopati, thalasemia, abnormal enzim glikolitik, fanconi anemia.
b.    Nutrisi; defisiensi besi, defisiensi asam folat, defisiensi cobal/vitamin B12, alkoholis, kekurangan nutrisi/malnutrisi.
c.    Perdarahan.
e.    Infeksi; hepatitis, cytomegalovirus, parvovirus, clostridia, sepsis gram negatif, malaria, toksoplasmosis.
f.     Obat obatan dan zat kimia; agen chemoterapi, anticonvulsant, antimetabolis, kontra sepsi, zat kimia toksik.
g.    Trombotik trombositopenia purpura dan syndrome uremik hemolitik.
h.    Efek fisik; trauma, luka bakar, gigitan ular.
i.      Penyakit kronis dan malgna; penyakit ginjal dan hati, infeksi kronis, neoplasma.

2.      Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala umum anemia disebabkan penurunan pengaturan oksigen ke jaringan tubuh dan kerusakan metabolisme serta peningkatan kebutuhan oksigen pada sistem tubuh.  Tanda dan gejala tersebut, di antaranya : Lemah dan letih. Sesak nafas, terutama adanya usaha napas. Pusing. Takikardia dan palpitasi. Angina pektoris dan gagal jantung kongestif, terutama pada lansia. Kulit dan membrane mukosa pucat, terutama membran konjungtiva. Kulit pucat sangat terlihat pada orang berkulit putih, sedangkan pada individu berkulit gelap, pucat hanya dapat di identifikasi pada membran mukosa. Pengaruh, tanda, dan gejala umum lainnya ditentukan oleh jenis anemia 

1.      Komplikasi
Menurut Reksodiputro (2004) yang dikutip oleh Tarwoto, dkk (2010), komplikasi dari Anemia yaitu :
a.       Gagal jantung kongesif
b.      Parestesia
c.       Konfusi Kanker
d.      Penyakit ginjal
e.       Penyakit infeksi kuman.


A.    Pemeriksaan Diagnostik atau penunjang
Menurut Tarwoto (2008. Hal 40), pemeriksaan laboratorium pada klien dengan anemia adalah sebagai berikut.
a.    Hitung sel darah yaitu jumlah sebenarnya dari unsur darah ( sel darah merah, sel darah putih dan tronbosit ) dalam volume darah tertentu, dinyatakan sebagai jumlah sel per millimeter kubik ( mm3 ).
b.    Hitung jenis sel darah yaitu menentukan karakteristik morfologi darah maupun jumlah sel darah.
c.    Pengukuran hematokrit ( Hct ) atau volume sel padat, menunjukkan volume darah lengkap ( sel darah merah ). Pengukuran ini menunjukkan presentasi sel darah merah dalam darah, dinyatakan dalam mm3 / 100ml.
g.    Hitung leukosit adalah jumlah leukosit dalam 1 mm3 darah.
h.    Hitung trombosit adalah jumlah trombosit dalam 1 mm3 darah.
 

A.    Penatalaksanaan Medis
a.      Anemia Karena Perdarahan
Pengobatan terbaik adalah transfuse darah. Pada perdarahan kronik diberikan transfuse packed cell. Mengatasi rejatan dan penyebab perdarahan. Dalam keadaan darurat pemberian cairan intravena dengan cairan infuse apa saja yang tersedia (Keperawatan Medikal Bedah 2).
b.      Anemia Defesiensi
Anemia defisiensi besi (DB). Respon regular DB terhadap sejumlah besi cukup mempunyai arti diagnostic, pemberian oral garam ferro sederhana (sulfat, glukanat, fumarat). Merupakan terapi yang murah dan memuaskan. Preparat besi parenteral (dektram besi) adalah bentuk yang efektif dan aman digunakan bila diperhitungkan dosis tepat, sementara itu keluarga harus diberi edukasi tentang diet penerita, dan konsumsi susu harus dibatasi lebih baik 500 ml/24 jam. Jumlah makanan ini mempunyai.


Klasifikasi dari Anemia
Menurut Mansjoer (2000. Hal 547) Anemia terbagi kedalam beberapa kategori yaitu :
a.    Anemia mikrositik hipokrom dibagi atas dua bagian yaitu;
1)   Anemia defisiensi besi; Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoiesis, karena cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang.
2)   Anemia penyakit kronis; Penyakit kronis sering menyebabkan anemia, terutama pada penderita usia lanjut. Keadaan-keadaan seperti infeksi, peradangan dan kanker, menekan pembentukan sel darah merah di sumsum tulang
b.    Anemia makrositik dibagi kedalam dua bagian yaitu;
1)      Defisiensi vitamin B12; kekurangan vitamin B12 bisa disebabkan oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik kekurang B12 akibat faktor instrinsik terjadi karena gangguan karena gangguan absorbsi vitamin yang merupakan penyakit herediter autoimun. Kekurangan vitamin B12 karena faktor instrinsik ini tidak dijumpai diindonesia.
2)      Defisiensi asam folat; asam folat terutama terdapat dalam daging, susu dan daun daun yang hijau umumnya berhubungan dengan mal nutrisi.
 

 
 




BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.  Konsep Asuhan Keperawatan
Menurut Doengoes (2000. Hal 569) asuhan keperawatan pada klien dengan anemia meliputi pengkajian, diagnosa dan perencanan adalah sebagai berikut :
1.      Pengkajian Anemia
a.       Aktivitas/istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produtivitas, penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/takipnea; dispnea pada bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis
b.      Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronis, mis; perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB); angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD ; peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar; hipotensi postural. Distrimia; Abnormalis EKG, mis; depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang TPengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokontriksi kompensasi). Kuku; mudah patah, berbentuk seperti sendok (koikologikia) (DB). Rambut; kering, udah putus, menipis; tumbuh uban secara premature (AP).
c.       Integritas ego
Tanda : keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, mis; penolakan transfuse darah.
Gejala : depresi.
d.      Eleminasi
Gejala : riwayat piclonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemasis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine
Tanda ; distensi abdomen.
e.      Makanan/cairan
Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukkan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan.

 


1.    Diagnosa dan Intervensi Keperawatan Pada Penderita Anemia
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia (status kesehatan atau resiko  perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah (a Carpenito, 2000).
Gordon (1976) mendefinisikan bahwa diagnosa keperawatan adalah “masalah kesehatan actual dan potensial dimana perawat berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, dia mampu dan mempunyai kewenangan untuk memberikan tindakan keperawatan”. Kewanangan tersebut didasarkan pada standar praktek keperawatan dan etik keperawatan yang berlaku di Indonesia
NANDA menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah ”keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat”.
Semua diagnosa keperawatan harus didukung oleh data, dimana menurut Diagnosa keperawatan menjadi dasar untuk pemilihan tindakan keperawatan untuk mencapai hasil bagi anda, sebagai perawat, yang dapat diandalakan(NANDA Internasional, 2007)
 






1.      Perencanaan keperawatan secara teoritis

Menurut Kozier et al. (1995) perencanaan adalah sesuatu yang telah
dipertimbangkan secara mendalam, tahap yang sistematis dari proses keperawatan meliputi kegiatan pembuatan keputusan dan pemecahan masalah.
Dalam perencanaan keperawatan, perawat menetapkannya berdasarkan hasil pengumpulan data dan rumusan diagnosa keperawatan yang merupakan petunjuk dalam membuat tujuan dan asuhan keperawatan untuk mencegah, menurunkan, atau mengeliminasi masalah kesehatan klien.
Langkah-langkah dalam membuat perencanaan keperawatan meliputi: penetapan prioritas, penetapan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan, menentukan intervensi keperawatan yang tepat dan pengembangan rencana asuhan keperawatan. Setelah diagnosa keperawatan dirumuskan secara spesifik, perawat menggunakan kemampuan berfikir kritis untuk segera menetapkan prioritas diagnosa keperawatan dan intervensi yang penting sesuai dengan kebutuhan klien (Potter & Perry, 1997).
Tujuan penulisan rencana asuhan keperawatan dan kriteria hasil yang diharapkan adalah: 1) Tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan merupakan petunjuk untuk intervensi keperawatan pada individu. 2)Tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan menentukan efektivitas dari intervensi keperawatan.
didalamnya terdapat beberapa kolom. Kolom-kolom tersebut terdiri dari kolom diagnosa keperawatan, kolom tujuan dan kriteria hasil, dan kolom rencana intervensi keperawatan beserta rasionalnya.Perencanaan dilakukan sesuai dengan diagnosa yang telah ditentukan, adapun perencanaan menurut Doengoes (2000. Hal 573) adalah sebagai berikut :

a.    Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel kemungkinan dibuktikan oleh palpitasi, angina. Kulit pucat, membrane mukosa kering, kuku dan ramput rapuh. Ektremitas dingin, penurunan haluaran urine, mual/muntah dan distensi abdomen.
Tujuan :           Peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil : Menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.
Intervensi:         Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku. 
Rasional:          Memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi.
Intervensi:          Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi. 
Rasional:   Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler. Catatan: kontraindikasi bila ada hipotensi.
Intervensi:           Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan
bunyi adventisius. 
Rasional:            Dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jantung karena regangan jantung lama/peningkatan kompensasi
Intervensi:           Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.
b.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan kemungkinan dibuktikan oleh kelemahan dan kelelahan, mengeluh penurunan toleransi aktivitas, lebih banyak memerlukan istirahat/tidur, palpitasi takikardia, peningkatan TD/respon pernapasan dengan kerja ringan.
Tujuan :              Dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Kriteria hasil:    Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari) - menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.
Intervensi:          Kaji kemampuan ADL pasien.
Rasional:             Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
Intervensi:          Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.
Rasional :           Menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.
Intervensi:          Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas. 
Rasional:             Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
Intervensi:           Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan tirah baring bila di indikasikan. 
c.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah kemungkinan dibuktikan oleh penurunan berat badan/berat badan dibawah normal untuk usia tinggi dan bangun badan, penurunan lipatan trisep, perubahan pada gusi dan membran mukosa mulut.
Tujuan :              Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil:  Menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai laboratorium normal. - tidak mengalami tanda mal nutrisi. - Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai. 
Intervensi:          Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai. 
Rasional:             Mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi.
Intervensi:           Observasi dan catat masukkan makanan pasien. 
Rasional:             Mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
Intervensi:          Timbang berat badan setiap hari. 
Rasional:             Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
Intervensi:          Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan. 
Rasional :            Menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi gaster.
 




Evaluasi pada kasus anemia
Menurut Asmadi  (2008. Hal 178) Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.  Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan criteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebalinya, kajian ulang (reassessment). Secara umum, evaluasi ditunjukkan untuk : Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Menetukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

makalah fraktur maxilla

SISTEM MUSKULOSKELETAL “Asuhan Keperawatan Dengan Kasus Fraktur Maxilla ” Dosen Pengajar : Rusmawati Sitorus S.Pd S.Kep MA Dis...